Matahari baru sepenggalah, namun pagi itu Sabtu,(13/06/2019) ibu-ibu pengurus dan anggota Dharma Wanita Persatuan Badan Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Timur sudah penuh semangat bersiap di tepi pantai Cemara Banyuwangi untuk melepaskan tukik atau anak penyu yang baru saja menetas. Ketua DWP Bapenda Jatim Ibu Respati Boedi Prijo mengatakan kegiatan ini dilaksanakan bersamaan dengan pertemuan triwulan pengurus DWP Bapenda Jatim.
Respati Boedi Prijo berharap keikutsertaan ibu-bu melepaskan tukik ini bisa meningkatkan rasa peduli pada ciptaan Tuhan dan menambah wawasan lingkungan. Namun yang lebih penting menurut Respati Boedi Prjio adalah turut serta dalam menjaga kelestarian alam. “Pelepasan tukik ke alam bebas ini untuk melestarikan penyu yang hampir punah, karena tingkat keberhasilan penangkaran biasanya tidak terlalu banyak untuk meningkatkan kembali populasi penyu,” tutur Ketua DWP Bapenda Jatim ini.
Di Pantai Cemara yang berada di ujung timur Pulau Jawa ini, tepatnya di Dusun Rowo, Desa Pakis atau sekitar tiga kilometer dari pusat kota Banyuwangi ibu ibu anggota DWP Bapenda Jatim bersama-sama melepaskan tukik hasil penangkaran warga setempat. 95 persen penduduk yang tinggal di sekitar Pantai Cemara yang berprofesi sebagai nelayan bersyukur dengan kemajuan di PantaiCemara. Selain pengunjung yang semakin meningkat ,para nelayan pun mendapatkan penghasilan tambahan dari kegiatan tersebut. Tukik atau anak penyu yang baru menetas harus dipindahkan pada usia 46 hari atau maksimal 50 hari dari tempat asalnya ke tempat semi alami. Ukuran tempat tukik harus disesuaikan. Karena kalau tidak sesuai, kemungkinan tukik tidak akan bertahanlama alias mati. Selepas acara itu, pertemuan DWP beralih ke DWP UPT PPD Banyuwangi untuk meninjau pameran produk hasil karya anggota DWPUPT PPD se-koordinator Banyuwangi sebagai salah satu wujud pemberdayaan ekonomi kreatif. Beberapa hasil karya dan pengembangan ekonomi kreatif antara lain membuka Pojok Kejujuran DWP dimana anggota DWP menjual produk minuman dalam kulkas khusus untuk menjual minuman dingin tanpa dijaga karena mengandalkan kejujuran dari pembelinya. Selain itu juga pengembangan tanaman obat keluarga(toga) dengan memanfaatkan pekarangan di sekitar kantor maupun lahan yangtersisa di rumah masing-masing anggota. Pertemuan Triwulan di Banyuwangi diakhiri dengan pengenalan/wawasan budaya Banyuwangi yaitu tari Gandrung, pertunjukan tari Gandrung, dan sejarah tariGandrung. (*)